Pemda Konkep Berembuk Bangun Komitmen Turunkan Penyakit Berbahaya
KENDARI, KARYASULTRA.ID
Stunting ramai dibicarakan semua kalangan. Mulai dari pemerintah pusat dan daerah berkomitmen mengendalikan ancaman terhadap generasi. Sebab, jika Stunting tidak ditangani serius akan membawa petaka berkepanjangan. Anak-anak yang lahir hari ini jika tidak diperhatikan tumbuh kembangnya akan berdampak buruk di masa dewasanya. Mereka kelak tidak akan mampu menjadi manusia unggul karena terserang Stunting sejak dari kandungan dan tiga tahun awal usianya. Dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak atau disebut dengan gagal tumbuh yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak atau kerdil.
Dampak lain dari stunting selain perkembangan fisik yang terhambat adalah perkembangan kognitif anak.
Untuk mengantisipasi problem tersebut, Pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) telah bergerak sejak tahun 2021 melalui visi Wawonii Sehat. Lalu kemudian penguatan terhadap Stunting makin menggeliat pada tahun 2023 dan 2024 ini dengan menggelontorkan anggaran puluhan miliar. Pengendalian Stunting di pulau Wawonii pada tahun 2023 senilai Rp 19 miliar lebih. Selanjutnya tahun 2024 yaitu Rp 30 miliar lebih. Kemudian, perencanaan tahun 2025 Pemda Konkep masih menyiapkan anggaran Rp 16 miliar lebih. Angka fantastis tersebut sebagai bentuk komitmen Pemda Konkep terhadap warganya yang rentan terserang Stunting.
Melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Konkep kembali menggelar agenda Rembuk Stunting bersama instansi terkait guna menemukan formulasi tepat dalam penanganan penyakit pengganggu tumbuh kembang anak-anak Wawonii. Sebab Stunting mengincar keluarga yang berusia subur, sedang hamil, melahirkan dan membesarkan anaknya. Apakah mereka-mereka ini dalam kondisi terpantau atau justru terlupakan.
Olehnya itu, melalui rembuk Stunting akan memberikan pengetahuan, gerakan aksi nyata yang konvergensi sehingga penanganannya tepat sasaran. Dalam pertemuan tersebut menghadirkan data-data dari Dinkes, RSUD, Puskesmas, BKKBN, Bappeda, TP-PKK, PUTR, Pemerintah Desa yang masuk lokus Stunting, pihak Polri, TNI dan unsur-unsur lainnya.
Sejauh ini, langkah demi langkah menurunkan Stunting sudah berjalan ditingkatan layanan kesehatan dengan memberikan makanan tambahan terhadap anak-anak yang diduga berpotensi Stunting selama tiga bulan berturut-turut. Bahkan ibu hamil juga sudah diberi intervensi sampai dia melahirkan.
Berdasarkan data Stunting yang disematkan pada Pemda Konkep pada tahun 2021 sangat tinggi yaitu 32,8 persen. Tahun 2022 masih bertengger 32,3 persen. Nantilah pada tahun 2023 menjadi 31,3 persen dan pada tahun ini sudah di posisi 14 persen dan Pemda Konkep berkomitmen menurunkan lagi pada posisi 10 persen. Seperti diketahui jumlah jiwa penduduk Kabupaten Konkep sekira 42 ribu jiwa.
Selanjutnya, stakeholder sudah melakukan giat gebrak Stunting, pembangunan rumah cegah, pembuatan taman gizi dan kelas Stunting. Inovasi selanjutnya berupa penjaringan kelompok sasaran resiko Stunting, melakukan upaya pemberian pemahaman Stunting kepada masyarakat hingga peningkatan sumber pangan.
“Bentuk komitmen kami dengan memberi penguatan anggaran, kerja-kerja di lapangan, saling membangun solidaritas dan kolaborasi mencegah Stunting sudah berjalan sesuai rencana aksi. Olehnya, kerja ikhlas dan komitmen kita semua akan menjadi penentu keberhasilan mengendalikan penyakit yang mengancam generasi kita,” kata Sekda Konkep, Cecep Trisnajayadi saat membuka Rembuk Stunting di salah satu hotel Kota Kendari, Jumat (21/6/2024).
Adapun Substansi dari 8 Aksi Konvergensi Stunting adalah Aksi 1 Analisa Situasi Stunting, Aksi 2 Rencana Kegiatan, Aksi 3 Rembug Stunting, Aksi 4 Regulasi Tentang Stunting, Aksi 5 Pembinaan Unsur Pelaku, Aksi 6 Sistem Manajemen Data, Aksi 7 Data Cakupan Sasaran dan Publikasi Data, Aksi 8 Review Kerja. Adv/Pin