Petani di Konkep tidak Terurus, Lahan Persawahan Terabaikan

121

DPRD Konkep Fungsikan Pengawasan

KONKEP, KARYASULTRA.ID

Ternyata potensi persawahan di pulau Wawonii sangat besar. Andai sejak mekar menjadi kabupaten sejak 2013 silam di fokuskan pembangunannya maka saat ini daerah tersebut sudah swasembada pangan. Namun, sayangnya tidak bisa diandalkan. Lembaga legislatif diharapkan duduk bersama dinas pertanian guna memikirkan kemandirian pangan di bumi Wawonii.

Bukankah keberhasilan pembangunan bergantung pada sinergi kebijakan pemerintah baik itu eksekutif dan legislatif. Termasuk juga duduk bersama masyarakat tani. Sebab, saat ini persawahan menjadi penopang lengan dan juga penggerak perekonomian. adaptasi iklim, dan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan. Dengan strategi yang tepat, persawahan tidak hanya menjadi penopang pangan nasional tetapi juga penggerak ekonomi berkelanjutan.

Menelusuri seperti apa kondisi persawahan di Konkep, Wartawan media ini bertemu petani di Labeau Raya, Kecamatan Wawonii Utara. Dititik tersebut petani berharap agar potensi persawahan harus jadi perhatian serius. Selain pupuk yang mahal, juga obat pembasmi hama. Belum lagi segala keterbatasan alat persawahan.

Penggarapan sawah yang di lakukan serba swadaya oleh petani di Labeau Raya.
Salah satu petani, Muhammad Yusuf mengaku belum pernah mendapatkan uluran tangan pemerintah berupa pupuk dan obat hama.

“Sudah 8 tahun mengolah, kalau pupuk atau obat hama belum pernah saya di kasih, masih beli sendiri, ada pernah saya dengar di kasih bantuan pupuk tapi tertentu orangnya, itupun sembunyi-sembunyi,” ungkap Yusuf.

Yusuf juga mengatakan hasil setiap panen hanya cukup untuk makan saja, karena harus menutupi pembeli pupuk padat atau pupuk cair, obat hama dan upah jasa mentraktor untuk kembali menggarap sawahnya yang kurang lebih 1.700 meter persegi.

Hal serupa pun turut di lontarkan Darmin petani asal Wawobeau yang memiliki luas lahan sawahnya 2.400 meter persegi.

“Sama juga, dari dulu sejak kami buka lahan serba swadaya, sehingga kalau bicara hasil jarang yang maksimal, kadang sebagian yang tidak mampu membeli pupuk atau obat hama terpaksa harus berhenti mengolah sawahnya, sangking tidak berhasilnya,” katanya

Bahkan sampai saat ini, yang dulunya di perkirakan Labeau raya menghampiri 90 persen lahan produktif, akan tetapi mahalnya pupuk dan obat hama yang sangat menguras isi dompet, sekarang di perkirakan turun jadi 40 persen yang masih produktif, sebagian jadi lahan tidur di penuhi semak belukar.

Petani Labeau raya, dengan adanya program pemerintah pusat. Yakni ketahanan pangan, berharap pemerintah hadir dan melihat kondisi petani, tidak hanya berharap swasembada beras namun tidak mampu memfasilitasi petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal sesuai apa yang mereka harapkan.

“Kalau bisa pemerintah turun langsung melihat, seperti apa kondisi kami petani sekarang, biar mereka tahu apa yang menjadi kendala dan yang di inginkan petani,” harap Darwin, Kamis (6/2/2025).

Saat Wartawan media ini berkunjung di kantor DPRD Konkep, tidak ada yang masuk berkantor. Salah seorang staf mengatakan sedang tugas luar daerah.

Laporan: Lisman

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here