KONKEP, KARYASULTRA.ID
Ratusan ibu rumah tangga (IRT) menggendong balitanya sembari menunggu namanya dipanggil oleh panitia penyaluran Bantuan Pangan pada Lokus Stunting. Terdapat juga lebih dari seratus siswa SDN 01 hingga SDN 10 Wawonii Barat, yang diundang untuk menerima sosialisasi terkait Pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman), yang keduanya merupakan program dari Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Konkep, pada 29 november 2023, tepatnya di lapangan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Langara.
Berdasarkan laporan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Marten, menjelaskan, bahwa program Pangan B2SA Goes to School bertujuan, untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya ibu rumah tangga dan anak usia dini dalam pencegahan stunting.
Anggaran program ini bersumber dari DPA Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Konkep, yang terdiri dari Rp 60.535.000 untuk Sosialisasi Pangan B2SA, serta Rp 246.016.752 untuk Penyaluran Bantuan Pangan pada Lokus Stunting, yang akan dibagikan kepada 503 individu yang masuk ke dalam lokus stunting. Sedangkan di wawonii barat, terdapat 202 orang menjadi penerima bantuan pangan.
Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Konawe Kepulauan, Ir. H. Amrullah MT, yang menegaskan bahwa sebanyak 32,3% masyarakat wawonii terdampak stunting, serta tingkat kemiskinan ekstrim mencapai 4,01%. Amrullah juga menjelaskan, bahkan hewan ‘gorila’ memiliki kecerdasan rata-rata mencapai 90, sedangkan kecerdasan rata-rata orang Indonesia belum sampai angka 90.
“Bayangkan bapak ibu, gorila itu, tingkat kecerdasannya mencapai 90. Kecerdasan rata-rata kita juga hamper segitu,” tegas Amrullah.
Amrullah melanjutkan, guru-guru sekolah diminta untuk mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada anak didiknya, jangan bekerja biasa-biasa saja, para guru harus bekerja luar biasa, sehingga terjadi peningkatan. Bahkan guru sekolah diminta untuk menanam tanaman Kelor di pekarangan sekolah karena dinilai, kelor merupakan tanaman yang kaya akan gizi.
Selain itu, orang nomor wahid di Konkep itu juga berpesan kepada ibu rumah tangga untuk pandai dalam memilih dan memilah makanan yang disajikan kepada keluarganya. Meskipun, kebanyakan penerima manfaat bantuan pangan tersebut tergolong miskin.
Pada kesempatan ini pula, pemerintah mendatangkan Ahli Gizi, Sri Yunansi V Gobel S.St., M.Th yang merupakan Kepala Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Kendari. Yang memberikan sosialisasi terkait pentingnya mengkonsumsi makanan yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA). Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan membawa bekal dari rumah untuk para siswa, guna memastikan makanan yang dikonsumsi aman.
Sementara itu, Kadis Ketahanan Pangan menjelaskan bahwa penerima bantuan ini merupakan masyarakat yang telah didata, dan dinyatakan layak oleh pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial, yang terdiri dari 72 desa, dan akan dibagikan hingga 2 Desember 2023 nanti. Adapun bantuan yang diberikan yakni 10 kg beras, susu formula untuk balita, serta minyak goreng.
Marten menjelaskan, penerima manfaat ini merupakan ibu rumah tangga yang memiliki bayi dibawah usia lima tahun, dan terindikasi terdampak stunting. Sebagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berwenang untuk menyalurkan bantuan yang berasal dari cadangan pangan pemerintah, Dinas Ketahanan Pangan memastikan bahwa penerima bantuan ini sudah sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan.
Ia juga melanjutkan, bahwa bantuan ini diberikan atas dampak dari inflasi atau kenaikan harga barang, dan kemungkinan akan diberikan lagi, selama masa inflasi. Ungkap mantan Inspektur Pembantu pada Inspektorat Wilayah II Kabupaten Konkep itu.
Salah satu penerima bantuan pangan, Arianti (40 tahun) asal desa Matabaho, saat ditanya mengenai alasan ia terpilih sebagai penerima bantuan ini, mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui mengapa ia dipanggil untuk menerima bantuan. Senada dengan hal itu Wa Ubi (40 tahun) asal Matabaho, dan Harmawati (33 tahun) asal Lantula, juga mengatakan bahwa keduanya tidak mengetahui alasan atau penyebab mereka diberikan bantuan, meskipun tentunya mereka bersyukur karena sudah diberi bantuan.
Hal ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah yang membutuhkan tenaga ekstra, jika menghendaki penurunan angka stunting di pulau kelapa ini.
Penulis: Ardi Wijaya