Amrullah Serukan Penanggulangan
KENDARI, KARYASULTRA.ID-Penyakit yang terjadi pada anak-anak yang ramai dibicarakan mulai dari level nasional hingga daerah ternyata sangat berbahaya. Stunting bukan perkara remeh temeh. Ini penyakit yang mengancam masa depan generasi. Untuk mendeteksi secara mata telanjang seakan dianggap bukan perkara luar biasa, sebab bukan seperti pada anak yang menderita gizi buruk. Anak penderita Stunting mengalami perlambatan tumbuh kembang. Seperti berat badan (BB) menurun, lalu tinggi badan menjadi kerdil. Kekebalan tubuhnya yang tidak kuat hingga sering jatuh sakit. Ditambah lagi kondisi kognitifnya yang lambat memahami. Nah faktor-faktor itu akan berakibat fatal pada masa depannya kelak jika sejak dini tidak ditanggulangi.
Olehnya itu, pemerintah Kabupaten Konawe Kepulauan gencar melakukan pengendalian dengan cara terjun langsung ke masyarakat mengedukasi akan bahaya Stunting. Penyakit ini bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan bernutrisi, menjaga lingkungan sehat serta menumbuhkan kasih sayang dalam keluarga. Bahkan lintas sektor sudah melakukan audit kasus Stunting. Saat dilapangan, baik dinas perlindungan perempuan dan anak, dinas kesehatan, dinas ketahanan pangan, dinas sosial, ketua PKK beserta rombongannya dikawal Babinsa, Bhabinkamtibmas terlihat semangat mengedukasi masyarakat.
Tindak lanjut dari kegiatan audit kasus Stunting juga digelar di salah satu hotel di kota Kendari berupa rapat kerja diseminasi. Kegiatan itu menghadirkan pemateri berkompeten di bidang gizi. Peserta kegiatan adalah instansi terkait serta 14 desa yang jadi lokus Stunting yang dipilih dari Kecamatan Wawonii Barat dan Utara.
Bupati Konkep, Amrullah saat membuka kegiatan tersebut mengaku heran atas apa yang dialami Konkep yang dikategorikan masuk 5 besar kasus terbanyak dari 17 kabupaten/kota di Sultra. “Daerah kita sendiri termasuk 5 Daerah dengan angka stunting tertinggi. Hal ini berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Sulawesi tenggara 22,1 persen. Angka tersebut mengalami penurunan (5,4 persen) dari sebelumnya pada 2021 sebesar 27,5 persen, sedangkan di Konawe Kepulauan sendiri turun dari 32.8% Pada Tahun 2021, menjadi 32.3% di tahun 2022, atau terjadi penurunan sebesar 0,5%. Berkenaan dengan hal tersebut Kegiatan Diseminasi Audit kasus Stunting ini bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus stunting sebagai upaya pencegahan, Serta diharapkan dapat mengeluarkan rekomendasi sebagai bahan tindak lanjut penanganan kasus stunting,” katanya tegas saat membuka kegiatan, Minggu sore (23/7/2023).
Dalam sambutannya, Amrullah juga mengatakan sasaran yang telah ter-Indikasi Stunting atau masih Be-resiko Stunting adalah bagian untuk menentukan langkah strategis guna menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di lapangan. Olehnya kegiatan yang dihadiri lintas sektor ini dibutuhkan kerjasama berbagai pihak dan sinergitas program kerja pada pemerintah daerah lingkup Kabupaten Konawe Kepulauan dalam mengendalikan Stunting. “Kita berupaya maksimal menguatkan generasi dengan menurunkan angka Stunting. Semua pihak haris terlibat menjaga daerah kita dari serbuan gejala Stunting. Sebab efek dari Stunting berujung apakah generasi kelak jadi manusia unggul atau justru terbelakang,” pinta bupati dua periode ini.
Sementara pihak Dinkes Konkep telah merilis data Stunting per Pebruari 2023 berdasarkan EPPGBM berjumlah 303 kasus, jika di persentasekan yaitu 18,5% dari jumlah anak yg diukur, atau 9,44% dari seluruh jumlah sasaran anak yang tersebar di 70 desa di 7 kecamatan. Sedangkan data stunting 2023 berdasarkan SK lokus stunting 2023 (SK Bupati nomor 100 tahun 2022) berjumlah 111 kasus yg tersebar di 14 desa di 2 kecamatan (Wabar dan Wanut).
Penulis: Kalpin