Kelompok Emak-emak Wawonii Teriak Tolak Tambang

1607
Nampak emak-emak saat berjalan kaki menuju lahan yang sudah diterabas pihak GKP. Mereka rela berpanas-panasan demi mengungkap ketakutan atas hadirnya Tambang Nikel. Mereka takut kelak lingkungannya rusak akibat aktifitas tambang.

LANGARA, KARYASULTRA.ID-Puluhan emak-emak dari desa Roko-roko raya teriak tolak tambang saat pertemuan peninjauan lokasi Tambang Nikel milik PT Gema Kreasi Perdana (GKP) di Desa Bahaba Kecamatan Wawonii Tenggara. Teriakan ini terjadi saat pertemuan antara Tim Peninjau Pemprov Sultra dan Rombongan Bupati Konkep sedang melangsungkan pertemuan terbuka di Desa Bahaba. Bahkan teriakan penolakan ini juga terjadi saat tim meninjau lokasi jalan penambangan dan beberapa lokasi yang sudah diterabas perusahaan.

Imran, salah satu warga desa Roko-roko yang diutus emak-emak untuk bicara mewakili aspirasi mereka mengatakan, ada ketakutan ketika perusahaan ini tidak berkomitmen atas janji-janjinya. Misalkan salah satu janjinya yang sudah diingkari adalah mereka berjanji bahwa lahan warga yang sudah dibeli tidak akan diterabas alat berat jika perusahaan belum beroperasi. Ini malah terbalik, belum beroperasi tapi lahan warga sudah diterabas. “Kita ketahui bersama bahwa perusahaan GKP belum mendapat izin beroperasi setelah dibekukan Gubernur Sultra. Tapi kenapa malah akhir-akhir ini sudah nekat bikin jalan, terobos lahan dan lain-lain,” katanya dengan pengeras suara Mike.

Imran kembali menegaskan, perlu diketahui bahwa kejadian di daerah Konawe Utara tidak terlepas atas rusaknya lingkungan. “Kerusakan di muka bumi ini atas ulah manusia. Perlu bapak-bapak ketahui bahwa kami hidup dari segala hasil pertanian dan perkebunan,” katanya.

Imran saat mengutarakan keresahan masyarakat atas hadirnya tambang.

Memanggapi hal ini, Direktur Utama GKP, Bambang Murtiyoso mengaku bahwa perusahaan miliknya bukan perusahaan asal-asalan. Dikatakannya, GKP merupakan bagian dari perusahaan besar Harita Group yang sudah menambang sejak dulu. “Kami bukan penambang yang datang tanpa komitmen. Buktinya sampai sejauh ini, kami belum beraktifitas saja sudah menjalankan program CSR berupa membangun jaringan telekomunikasi berupa dua tower, jaringan listrik, pelatihan komputer, membuka lapangan kerja dan program sosial lainnya,” jelasnya.

Terkait lahan warga yang sudah dibeli. Pembelian diberlakukan ganti untung tanam tumbuh. Kemudian sampai saat ini kondisi masyarakat sudah baik-baik saja. Awalnya memang banyak yang kontra, tapi lihat saja semua berjalan lancar dan bahkan lebih banyak saat ini yang pro terhadap kehadiran perusahaan ini.

“Intinya perusahaan kami selalu mengedepankan persuasif dalam setiap menghadapi dinamika penambangan. Tapi kami yakin bahwa kami hadir membawa perubahan besar terhadap daerah ini,” jelasnya.

Humas GKP, Marlion mengatakan dengan tegas perusahaannya terbuka dengan masyarakat. Tidak ada yang ditutup-tutupi. Bahkan sejak sembilan bulan lalu sudah memberikan gaji kepada ratusan karyawan. “Saya ini anak daerah dan bahkan istri dan anak saya ada disini. Jadi tidak mungkin saya biarkan daerah tempat lahir saya ini dirusak begitu saja,” tegasnya.

Laporan: Kalpin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here