KONKEP, KARYASULTRA.ID-Suksesnya sebuah pembangunan tidak terlepas dari dukungan masyarakat setempat. Prinsip gotong royong harus selalu digelorakan. Apalagi saat ini masyarakat desa diberi keleluasan membangun desanya dengan hadirnya sumber anggaran Dana Desa.
Salah satu contoh, Desa Wawoea yang terletak di Kecamatan Wawonii Utara Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep). Desa ini sebelumnya sangat terisolir karena berada di areal perkebunan warga. Namun seiring perkembangannya, desa tersebut mulai dipadati penduduk karena nampaknya pembangunan secara berkelanjutan.
Pelaksana Desa Wawoea, Mansur Gege memaparkan kondisi wilayah desanya yang secara geografis berada jauh dari desa-desa lainnya. “Desa kami ini tidak seperti desa yang lainnya, saling berdekatan antara desa satu dengan desa lainnya. Desa kami ini ada di areal perkebunan warga sehingga agar terisolir namun saat ini kata terisolir sudah tidak lagi,” katanya saat ditemui jurnalis Karya Sultra di balai desanya, Senin (14/Juni/2021).
Mansur menjelaskan, tahun 2021 ini masih dalam kondisi Covid-19. Penganggaran masih fokus penanganan bahaya dampak kesehatan. Khusus di desa ini, sudah membangun posko tanggap Covid-19 dan telah menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) sebanyak 4 bulan kepada 50 Kepala Keluarga (KK). “Total BLT 4 bulan yakni Rp 60 juta. Alhamdulillah ini dapat membantu meringankan beban masyarakat yang kurang mampu,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga melanjutkan program pembangunan jalan desa sepanjang 400 meter. Anggarannya Rp 212 juta lebih. Nah, dalam proses pengerjaannya melibatkan warga. Tugas mereka yaitu menghampar material timbunan dengan upah harian ongkos kerja (HOK) Rp 80 ribu perorang.
Ayah empat anak ini juga bilang, pihaknya telah menganggarkan rehabilitasi sarana prasarana air bersih dan penggalian lintasan pipa menuju ke permukiman warga desa wawoea. Rehabilitasi ini menggunakan alat berat berupa eksakafator karena warga tidak mampu menggali dengan kedalaman 8 meter, Dan anggarannya mencapai Rp 50 juta lebih.
Ketua TPK desa Wawoea, Muhammad Jabir T mengungkapkan terkait pekerjaan galian lintasan pipa menuju ke permukiman warga.
“Awalnya kami melakukan penggalian dengan cara manual namun hal itu tidak membuahkan hasil, di karenakan mata air ditempat kami memasang bak berada lebih rendah dari pada lintasan pipa yang dilewati, makanya kepala desa mengupayakan menyewa alat berat, dan terkait panjang galian kurang lebih 200 meter,” Ungkapnya.
Laporan: Lisman